Jumat, 20 Januari 2012

Makalah tokoh islam dalam ilmu pengetahuan


PERKEMBANGAN SEJARAH
KEILMUAN ISLAM KLASIK DAN
PENGARUHNYA



PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Ibnu Khaldun , Sejarah adalah salah satu disiplin ilmu yang dipelajari
secara luas oleh bangsa-bangsa dan generasi-generasi. Dalam hakikat sejarah, terkandung pengertian observasi dan mencari kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda wujud serta pengertian dan pemgetahuan tentang substansi, essensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa.Sejarah membuat kita paham akan hal-ikwal bangsa-bangsa terdahulu, yang merefleksikan diri dalam perilaku kebangsaan mereka, sejarah membuat kita mengetahui biografi, jejak historis, kebijaksanaan para pemimpin jaman dulu . Sehingga menjadi sempurnalah faedah dalam memcari solusi masalah agama dan dunia .1
Sejarah islam membuktikan banyaknya para cendikiawan Muslim yang banyak
memberikan Kontribusi dalam pengembangan ilmu di percaturan ilmu pengetahuan
dunia. Yang ilmunya tidak kalah dengan para ilmuwan barat, yang keberadaannya
tidaklah seterkenal ilmuwan barat. Pada abab pertengahan hidup para pakar-pakar
cendikiawan muslim seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya Qanun Fi Attib
(the Canon) yang disebut-sebut sebagai inspirator utama kebangkitan barat dalam ilmu
kedokteran, sampai sekarang pun keberadaan Avicenna nama lain dari Ibnu Sina (750 –1450 M) masih fenomenal, di internat pun ada situs yang khusus membahas kehidupan dan pemikiran ibnu Sina. Selain itu Islam juga mengenal Penemu Gaya Gravitasi Al-Biruni, Bapak Sosiologi Politik Ibnu Khaldun, Jabir ibnu Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia, Ada Ibnu Zuhr bapak Parasitologi dan pelopor Tracheotomi, Ibnu Majid penemu Kompas dan Navigator. Al-Khawarizmi (bapak aljabar dan geografi), Abu Al-Zahrawi (bapak bedah, penemu hemofilia), Ibnu Haitham (penemu teknik fotografi, optik dan energi solar), Ibnu Rusyd (perintis ilmu jaringan tubuh), Ibnu Nafis (penemu peredaran darah paru-paru), dan lain-lain. Namun kadang mereka jarang disebut-sebut dalam khazanah pendidikan kita, kalau sekarang murid-murid menengah pertama ditanya siapakah penemu peredaran darah , mereka akan menjawab William harvey.

Mencari Ilmu adalah kewajiban sebagai umat muslim, Alquran menempatkan
orang yang berilmu dalam derajat yang tinggi, ketika selesai Allah memberi tutor kepada Adam nama-nama benda seluruhnya , maka diperintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam. Dan Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari darah syuhada.

Kalau ada Hadiah Nobel pada zaman mereka lahir, mungkin sudah banyak penerima nobel dari kalangan dunia islam. Dalam perjalanan nobel sejak 100 tahun silam baru ada empat orang penerima nobel dari umat muslim , mereka adalah Presiden Mesir Anwar Sadat tahun 1978, sastrawan Mesir Nagib Mahfudz tahun 1988, Abdus Salam dari pakistan , dan yang terakhir ilmuwan asal Mesir yang menetap di AS, Ahmad Zuwaeli asal Mesir. Dua yang pertama mendapatkah Penghargaan Nobel di bidang perdamaian dan sastra. Sedangkan Abdus Salam di bidang fisika dan Zuwaeli ,yang juga hafiz Quran, ahli di bidang kimia

Nobel adalah penghargaan yang diperakarsai oleh Alfred Nobel (1833-1896), sejak tahun 1901 untuk 5 bidang ilmu pengetahuan seperti kimia, fisika, sastra, ekonomi dan perdamaian. Ilmuawan yang menerima adalah orang-orang yang dianggap paling berjasa bagi umat manusia.

Sebelum kita membicarakan pakar-pakar pengetahuan muslim kita ada baiknya kita mengemukakan sedikit gebrakan apa saja yang terjadi dikalangan umat islam sejak kepemimpinan khulaufaur Rasyidin dan zaman bani umayah dan bani Abbasiyah. Bicara cendikiawan muslim, berkaitan erat dengan siapa yang saat itu berkuasa. Khalifah dan para Pemimpin adalah orang-orang yang memfasilitasi perkembangan ilmu, semakin sadarnya seorang pemimpin akan pentingnya ilmu pengetahuan , maka makin berkembanglah ilmu pengetahuan pada zaman tersebut. Tercatat Khalifah Harun Arrasyid, Al-makmun, termasuk khalifah dari Bani abbasiah yang turut andil dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Harun Al-rasyid adalah khalifah yang memanfaatkan kekayaan negara untuk
mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran, dan lembaga pendidikan
farmasi , serta pemandian umum. Jaman itu umat islam memiliki 800 orang dokter.
Khalifah Harun al-Rasyid mendirikan Khizanat al-Hikmat yang berfungi sebagai
perpustakaan yang kemudian zaman Al-makmun namanya diubah menjadi Baynt al-
Hikmat.(abad 9 M)

Jaman al-Makmun, Khalifah ini mempekerjakan Muhammad Ibn-Musa Alkhawarijmi dalam bidang aljabar dan astronomi untuk mengelola Baynt al Hikmah (Perpustakaan besar ) ini dijadikan tempat penterjemahan buku-buku filsafat karya Galen,Aristoteles dan plato. Dan ditempat ini juga terdapat observatorium astronomi untuk meneliti perbintangan.

Puncak kejayaan pemerintah bani Abbas berada pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya Khalifah Al-Makmun yang disebut jaman Keemasan Islam (TheGolden Age of Islam). Pada tahun 800 Bahdad menjadi kota metropolitan dan kota utama umat Islam, serta pusat perdagangan ekonomi dan politik dan berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Dan sebagai raja yang besar zaman itu hanya karel Agung (742-814 ) di Eropa yang dapat menjadi bandingannya.




B. PERKEMBANGAN ILMU

1.MATEMATIKA
Matematika adalah ilmu yang diperoleh melalui tangga musik dan rasional
Konsep matematika yang dikembangkan adalah sebagai berikut (1) logika tentang bukti,(2) ide-ide empiris tentang hukum eksakta dan hukum alam (3) konsep operasi (4)
matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat statis kepada deskripsi yang bersifat
dinamis conny Semiawan,Th.I Setiawan, Yufiarti, Panorama Filsafat Ilmu dalam buku
ini yang dibahas hanya teori pythagoras(582-500SM) dikatakan Phytagoras meneliti
nada-nada alam dan nada-nada tangga nada musik. Dari hasil penelitiannya dia mendapat ilham menciptakan sistem angka decimal 1-10, 11-20 dan seterusnya yang hingga kini dipakai seluruh dunia. yang kemudian mengilhami Plato (428 -347 SM) dan Aristoteles (384 sm-322 SM) dan pada perkembangan matematika dan filsafat rasional dunia barat. Dalam perjalanan ilmu yang bertolak dari matematika yang dipengaruhi oleh budaya islam ditemukan letak kiblat, penemuan pola kemungkinan simetris antara ruang dan waktu yang sifatnya statis, berbagai penemuan mengenai simetris-simetris Kristal.
Sayang buku ini tidak memasukkan nama Al-kawarizmi, kalau mau jujur selain
Phytagoras. Cendikiawan yang lahir 1300 tahun kemudian punya andil besar dalam
perkembangan matematika dunia. Apakah hanya cendikiawan yunani yang pantas selalu disebut-sebut dalam khazanah ilmu pengetahuan matematika.

2.Aritmetika
Menurut ibnu khaldun aritmatika Adalah pengetahuan tentang angka-angka yang
dikombinasi di dalam deret hitung dan deret ukur. Disiplin ilmu ini adalah cabangnya
pertama dari ilmu-ilmu matematis dan yang paling pasti. Ia masuk kedalam pembuktian
melalui hitungan. Buku-buku tentang ilmu ini ditulis As-Syifa, An-Najat oleh Ibnu
Sina.

3. Aljabar
Merupakan cabang aritmatika : orang pertama yang menulis disiplin ilmu ini
adalah al-Khawarizmi, dan sesudahnya , Abu Kamil Syuja bin Aslam . Buku yang
terbaik adalah kitab karya al-Quraisyi .

4.Aritmetika Bisnis
Cabang nya adalah hitung dagang . Aplikasinya banyak dilakukan dikota-kota .
Bisnis yang berkenaan dengan jual beli barang, pengukuran tanah , zakat, dan semua
bisnis lain yang punya hubungan dengan angka-angka Dan Ilmuwan Andalusia yang
terkenal dengan ilmu dagang adalah Hitung dagang Az-Zahrawi, Ibn As-Samah dan
Abu Muslim Ibn Khaldun , dan murid Maslamah Al-Majriti.

4.Faraid adalah cabang aritmetika
Untuk menghitung bagi ahli-ali waris yang berhak (dzawil furudl).Agar penyelesaian
masalah pembagian waris ini dapat adil dan benar, disiplin ilmu ini penting . Pada
Mahzab malik, lahirlah bukunya Ibnu Tsabit, Kitab Ringkasan Qadli Abu al-Qasim
al- Hufi, Karya Ibnu al-Munmir, al-ju’adi, al-Shuradi , namun yang tertinggi karya
al-Hufi. Berdasarkan mahzab as-Syafi’I , Iman al-Haramain . Demikian juga karya
mazhab hanbali dan Hanafi.

5. Ilmu Ukur
Mempelajari ukuran-ukuran kuantitas, ukuran itu boleh bersambung seperti garis,
bidang datar, dan benda-benda geometris , Karya orang-orang Yunani dalam bidang ini
yang sudah diterjamahkan kedalam bahasa Arab. Adalah buku Eukleides yang
diterjemahkan pada masa khalifah Abu Ja’far al-manshur menjadi buku pegangan para
pelajar saat itu. Ringkasan Eukleides dibuat antara lain oleh Ibnu Sina dalam buku As-Syifa. Oleh as- Ibnu as- Shalt dalam buku al-Iqtishar.

6. Geometri
cabang ilmu pengukuran tanah (almisahah) istilah kubik, jengkal, unit lain
menjadi dasar pengukuran ilmu ini.

7. Optika
Merupakan cabang geometri ilmu yang menerangkan musabab terjadinya
kesalahan dalam persepsi visual , dengan dasar pengetahuan tentang bagaimana sebab-sebab hal tersebut terjadi. Persepsi visual terjadi dengan melalui kerucut yang
ditimbulkan oleh sinar. Yang puncaknya adalah titik pandang dan pangkalnya adalah
obyek yang dilihat. Ilmu ini juga membahas juga perbedaan melihat bulan pada laritude
yang berlainan (de Slane mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah mengatakan Longitude-longitude). Sarjana yang paling terkenal membahas tentang ini adalah Ibnu al-Haitsan.

8.Astronomi
Ilmu yang mempelajari gerakan bintang- bintang yang tetap dan planet-planet,
astronomi menarik kesimpulan berdasarkan metode geometris tentang adanya bentuk-bentuk tertentu dan bermacam-macam posisi lingkaran yang mengharuskan terjadinya
gerakan yang dapat dilihat dengan indra itu. Dan astronomi juga membuktikan bahwa
misalnya dengan adanya presisi equinox-equinox, pusat bumi tidaklah identik dengan
pusat lingkaran kecil (epicycle) yang membawa (bintang-bintang) dan bergerak di dalam lingkaran yang besar. Lalu melalui gerakan bintang-bintang yang tetap, astronomi membuktikan adanya lingkaran falak kedelapan. Dibuktikan juga bahwa bintang tunggal memiliki sejumlah deklinasi.

Orang yunani mempergunakan alat yang mereka sebut Astrolab (dzat i-halg).
Dalam islam pada masa al-makmun dibangun alat observasi besar yang dikenal Astrolab, tapi tidak selesai kemudian pondasi bangunan ini lenyap, dan dilupakan.

Karya terbaik bidang ini adalah Majisti (Al-Magest ) yang dikarang oleh
Ptolomeus (raja Yunani ) sedang filosof muslim terkemuka seperti Ibnu Sina
meringkasnya dalam Asy-Syifa, Ibnu Rusyd (filosof Andalusia) juga meringkas karya ptolomeus . Ibn as-Samah dan ibn as-Shalt dalam kitab al-Iqtishar, Ibn al-Farghani .memiliki ringkasan astronomi.



8.Tabel-tabel astronomi
Ilmu yang menjadi cabang astronomi ini berisi tabel-tabel berdasar hitungan
menurut rumus aritmatika . berkenaan dengan perjalanan gerak khusus bagi setiap
bintang serta watak gerakan itu, cepat , lambat, lurus , balik dan seterusnya dengan
menghitung gerakan-gerakannya menurut hukum-hukum yang berlaku. Tabel ini
mengikuti bermacap prinsip dasar yang sudah ditetapkan yang menyangkut pengetahuan tentang apogee (titik terjauh dari bumi dan peredaran suatu satelit) dan deklinasideklinasi. berbagai macm gerakan dan bagaimana hal-hal ini melepaskan satu hingga pada lainnya. Para sarjana menuliskan pada tabel-tabel disebut tabel-tabel astronomi (azyaj). Penetapan posisi bintang pada suaktu waktu tertentu dalam bidang ini disebut penyetelan tabulasi.

Sarjana yang menulis beberapa buku tentan masalah ini adalah Al-Battani dan
Ibnu Al-Khamad. Ibn ishaq sarjana yang melakukan observasi astronomi pada 619
(1222).

9. Fisika
Menuru Ensiklopedi Islam Fisika adalah ilmu pengetahuan yang membahas
materi, energi, dan interaksinya. Ruang lingkup fisika amat luas, mencakup struktur
materi, sifat berbagai wujud materi dan interaksinya.

Menurut ibnu Khaldun Fisika adalah Ilmu yang membahas tentang tubuh-tubuh
dari titik pandang gerakan dan diam yang melekat padanya. Fisika mempelajari tentang
tubuh-tubuh samawi dan substansi elementair, sebagaimana juga manusia, binatang ,
tumbuhan dan barang tambang yang diciptakan dari padanya. Perihal mata air , gempa
yang timbul dalam bumi, juga awan, uap , guntuh, kilat, dan badai yang terdapat dalam
atmosfir dan lain-lain. Selanjutnya mempelajari tubuh, yaitu jiwa dalam berbagai bentuk
dimana ia muncul pada manusia dan binatang-binatang dan tumbuhan.

Buku-buku Aristoteles tentang fisika di ringkas dalam asy-Syifa karya ibnu Sina.
Kemudian Ibnu Sina meringkas kembali Asy-Syifa didalam kitab An-Najah dan alisyarat.
Ibnu Sina seakan–akan menetang Aristoteles dan banyak mengemukakan
pendapatnya sendiri sedang Ibn Rusyd meringkas tapi tidak menentang .

10. KEDOKTERAN
Kedokteran adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang tubuh manisia
dari segi sehat dan sakitnya. Dokter berusaha menjaga kesehatan dan menyembuhkan
penyakit dengna bantuan obat-obatan dan makanan.

Galen atau galinus ilmuwan yang hidup jaman nabi Isa karya-karya kedokterannya merupakan induk dari ilmu kedokteran sesudahnya,

Dalam islam terdapat dokter-dokter terkemuka seperti ar-Razi (Muhammad ibn
Zakaria ) 251-313H /866-925 M, al-Majusi (Ali ibn al-Abbas abad ke 10), dan Ibnu
Sina. Dan dari kalangan Andalusia yang paling terkenal adalah Ibn-Zuhr (Abdul Malik
bin Zuhr (avenzoar) wafat 557 (1162)
Menurut Ibnu khaldun Kedokteran tidak disebut dalam ilmu hadist shahih . karena Muhamad tidak diutus Allah untuk masalah kedokteran tapi masalah syariat-syariat agama. hal ini telah terjadi ketika pada saat Nabi ditanya tentang proses perkawinan pohon korma, maka sabdanya.kalian lebih mengetahui masalah-masalah dunia kalian(daripada saya). Maka tidak satupun dari pernyataan-pernyataan mengenai
kedokteran yang terdapat dalam hadist shahih boleh dinyatakan sebagai suatu syariat. Tak ada satu dalilpun menunjukan itu. Yang boleh hanyalah apabila jenis medis semacam itu dipergunakan untuk memperoleh berkah dan kebenaran ikatan keimanan, sehingga mempunyai pengaruh manfaat yang besar. Bagaimanapun itu bukan termasuk kedokteran humoral tetapi akibat dari keimanan yang tulus. Sebagaimana terjadi dalam pengobatan sakit perut dengan madu. Dan Allah memberikan petunjuk kepada yang benar , tiada tuhan selain Dia. (Khaldun hal 667)

11. ILMU PERTANIAN
Mempelajari pengolahan, tanaman , irigasi , pengolahan tanah. Salah satu buku
yunani , Kitab al-Falahah an-Nabathiyyah diterjemahkan (pertanian nabataean
agricultural ) dinisbatkan kepada Abu Bakar Muhammad bin Ali ibnu Wasyiyah, berisi
informasi tentang diatas, tapi saat itu dipelajari hanya terbatas mempelajari tanaman , dan pengolahan, pemeliharaannya saja karena saat itu isi buku itu juga menyangkut masalah sihir.Dan dalam islam sihir adalah hal yang terlarang dipelajari. (khaldun hal 678)

12. ILMU KIMIA
Dalam Ilmu ini di pelajari substansi emas, perak dan tentang cara kerja bahan,
produksi emas, perak, mereka juga menyelidiki bahan-bahan buangan/limbah, usaha-usaha operasional melalui pengalihan substansi dari potensilitas ke aktualitas seperti, misalnya, oleh disolusi tubuh-tubuh (substansi-substansi ) pada komponen-komponen naturalnya melalui sublimasi dan distilasi pleh solidifikasi substansi yang meltable (cair) melalui klasifikasi (proses mengeras menjadi kapur) oleh pulverisasi benda-benda keras dengan bantuan alat-alat penumbuk dan palu-palu dan lain-lain. Apabila batu hitam, timah dan tembaga dipersiapkan menerima emas atau perak yang dipanaskan di api maka substansi ini akan berubah jadi emas murni.

Ilmuwan kimia yang terkenal adalah Jabir Bin Hayyan, sehingga mereka
menyebutnya ”ilmu Jabir” dan dia telah menulis 70 risalah tentang kimia. Namun masih
seperti teka-teki silang.

Filosof timur yang menerang kan ilmu kimia secara sistematis adalah Ath-
Thaghra. Kemudian Maslamah al-Majrithi Ilmuwan dari Andalusia yang menulis buku
tentang kimia rutbah al-hakim

Ibnu al-mughayribi seorang ilmuwan terkemuka menulis pribahasa kedalam baitbait sajak.

Seringkali karya-karya tentang kimia dianggap berasal dari al-Ghazali. Anggapan
ini tidak benar karena persepsinya yang tinggi tidak mengizinkan untuk mempelajari atau bahkan menerima berbagai kesalahan teori kimia.18

BAB II
PEMBAHASAN

Berbicara Ilmu dan perkebangannya maka tidak lepas dari kepemimpinan pada
jamannya. Bila pada saat itu Khalifah yang meminpin pada masanya sangat concern
terhadap perkembangan ilmu filsafat dan agama, maka berkembanglah keilmuan yang
pesat. Karena pada saat itu Khalifah memberikan modal penelitian, sarana yang baik
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dibawah ini sebelum kita membicarakan saru
persatu cendikiwan musilim yang banyak berjasa dalam mengembangan ilmu, kita
melihat kilas balik tahun-tahun kepemimpinan khalifah dari mulai jaman Abu bakar
sampai kepemimpinan bani Umayah dan Abasiyah

SEJARAH KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN
Drs. M. Yatiman Abdullah, M.A.Studi islam Kontemporer, Amzah jakarta 2004
1. KHALIFAH ABU BAKAR (11-13H/632-634 H)
2.KHALIFAH UMAR BIN KHATAB (13-23 H / 634-644 M)
3.KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN (23 -35 H/644-656 M)
4.KHALIFAH ALI BIN ABU THALIB (35-40 H/ 656-661 M)

ZAMAN BANI UMAYAH (40 H – 132 H)
1. KHALIFAH MUA’WIYAH IBNU ABI SUFYAN (40-60 H/661-681M)
2. KHALIFAH YAZID IBNU MUAWIYAH (60 – 63 H/681M-684M)
3. KHALIFAH MU’AWIYAH IBNU YAZID (63 – 64 H/684-685M)
4. KHALIFAH MARWAN IBNU HAKAM (64 – 65 H/685-686M)
5. KHALIFAH ABDUL MALIK IBNU MARWAN (65 – 86 H/686-707 M)
6. KHALIFAH WALID IBNU ABDIL MALIK (86 – 96 H/707-717 M)
7. KHALIFAH SULAIMAN IBNU ABDIL MALIK (96 -99 H/717-720 M)
8. KHALIFAH UMAR IBNU ABDIL AZIZ (99 – 101H/720 -722 M)
9. KHALIFAH YAZID IBNU ABDIL MALIK (101 – 105 H/722-726 M)
10. KHALIFAH HISYAM IBNU ABDIL MALIK (105 – 125 H/ 726-746 M)
11. KHALIFAH WALID IBNU YAZID (125 – 127H/746-748 M)
12. KHALIFAH YAZID IBNU WALID (127 – 127 H/748 – 748M)
13. KHALIFAH IBRAHIM IBNU WALID ( 127 – 127 H)
14. KHALIFAH MARWAN IBNU MUHAMMAD (127 – 132 H/748-753M)

ZAMAN BANI ABBASIYAH
1. ABU ABBAS AS-SAFFAH (132-136 H/753 -757 M)
2. ABU JA’FAR AL-MANSHUR (136 – 158 H/757 – 779 M)
3. AL-MAHDI (158 – 169 H/779-790 M)
4. MUSA AN-NADI (169 – 170 H/790 – 791M)
5. HARUN AR-RASYID (170 – 193 H/791 – 814 M)
6. MUHAMMAD AL-AMIN (193 – 198 H/ 814 -819 M)
7. ABDULLAH AL-MAKMUN (198 – 218 H/819 – 839 M)
8. AL-MU’TASHIM (218 – 227 H/839 – 848 M)
9. HARUN AL-WATSIQ (227 – 232 H/848 – 853 M)


CENDIKIAWAN MUSLIM

1. IBNU MUSA AL-KAHARIZMI (149H/770 –219/840 M)PENEMU ALGORITMA
     DAN ALJABAR , hidup pada zaman Bani abasiyah Al-makmun tahun 813-833M
2.MUHAMMAD BIN ZAKARIA AR-RAZI (225H/846-304/925 M) PERINTIS
    KEDOKTERAN MODERN, zaman khalifah Al-manshur (754 – 775 M, dan Harun
     Ar-rasyid (w.809 M) hingga Khalifah Al-makmun (813-833 M)
3. AL-MAWARDI (386 H/975M- 1037 M) ILMUWAN PENCETUS POLITIK ISLAM.
    Terkenal sebagai penelaah mazhab Syafii,
4. IBNU HAITSAM (354 H/965 M-431/1038 M) PENEMU ILMU OPTIK.
5. JABIR IBNU HAYYAN (721- 815 H), PENEMU ILMU KIMIA
6. IBNU SINA (360 H/981 M) BAPAK KEDOKTERAN MODERN
7. IMAM AT-TABARI (225H/839M-310H/923M) BAPAK SEJARAH ISLAM
     MODERN
8. ABU UBAY AL BAKRI geografer terbesar abad XI / abad ke-5 H
9. Al-BATTANI (858 M) Astronomi, penemu bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut
     dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik.
10. Al-IDRISI (1100 - 1166 M) ahli Geografi yang telah membuat bola dunia dari bahan
      perak seberat 400 ons
11. IBNU AL-NAFIS 1213 M (PENEMU PEREDARAN DARAH JANTUNG)
12 IBNU MISKAWAYH 940 M-1030 M, AHLI FILSAFAT (AKHLAK)
     
Al Khawarizmi149H/770 –219/840 M
Ia yang lahir Adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi,
seorang intelektual Islam yang lahir pada tahun 770 Masehi, di sebuah kota bernama
Khawarizmi. di pinggiran sungai Oxus, tepatnya di bagian selatan sungai itu. Sungai
Oxus adalah satu sungai yang mengalir panjang dan membelah negara Uzbekistan, saat masih kecil ia pindah bersama kedua orang tuannya ke Baghdad Saat itu Irak di bawah pemerintahan Khalifah Al Ma'mun yang memerintah sepanjang tahun 813 sampai 833.

Mungkin karena lidah orang barat susah menyebut Al-Khawarizmi, nama itu
berubah menjadi algoritma sehingga orang barat menyebutnya algoritma. Dalam bukunya yang berjudul Al-Jabr wa-Al-MuQadilah ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, tangen, kosinus, kotangen serta konsep diferensiasi. Teori mengenalkan teori kalkulus secara mudah.

Seorang penulis buku the history of the arabs of Phillip Hitti, menyebutkan Al
Khawarizmi adalah tokoh utama sejarah awal matematika arab, bukunya diterjemahkan
pada abad ke-12 oleh Gerard dari Cremona dan dipakai sampai abad ke 16 didunia barat, ia berjasa memperkenalkan angka-angka arab atau algoritma kedunia barat. He is one of the most prominent mathematicians who ever lived. Moreover he was the founder of several branches and basic concepts of mathematics. In the words of Phillip Hitti, Al Khawarizmi's contribution to mathematics influenced mathematical thought to a greater extent. His work on algebra was outstanding, as he not only initiated the subject in a systematic form but he also developed it to the extent of giving analytical solutions of linear and quadratic equations, which established him as the founder of Algebra. The very name Algebra has been derived from his famous book Al-Jabr wa-al-
Muqabilah .www.islam0nline.com

Al Khawarizmi selain ahli matematik juga ahli astronomi dan georgrafi . dibawah
pengawasan Khalifah Al-Makmun , Sebuah tim astronom pimpinanya berhasil
menemukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Riset pengukuran ini dilakukan di Sanjar dan Palmyra, hasilnya 56.75 mil arab sebagai panjang derajat meridian. Menurut Ca Nallino ukuran ini hanya selisih 2.877 kaki dari garis tengah bumi yang sebenarnya. Hery Sucipto, Cahaya Islam, Grafindo hal 18. dan www.islamonline.com

Al Khawarizmi selain terkenal dengan teori Algoritmanya, ia juga dikenal sebagai
seorang yang membangun teori-teori matematika lain, di antaranya Aljabar. Salah satu
kehebatan Al Khawarizmi adalah, ia tak hanya mengenali satu hal sebagai subyek saja,
tapi ia juga mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam subyek tersebut. Dunia
benar-benar tak bisa lepas dari jasa-jasa orang-orang Islam. Aljabar diambil dari kata depan judul buku yang dikarang oleh Al Khawarizmi, "Al Jabr wa Al Muqabilah". Dalam buku ini ia merumuskan dan menjelaskan secara detail table trigonometri yang biasa kita pelajari saat ini. Tak hanya itu, jika kita pelajari secara detail, buku ini ternyata mengenalkan teori-teori kalkulus dasar dengan gampang.

Selain karya-karyanya di bidang matematika, Al Khawarizmi juga melahirkan
karya dalam bidang astronomi. Ia membuat tabel yang mengelompokkan ilmu
perbintangan ini. Pada awal abad 12, karya-karya Al Khawarizmi diterjemahkan ke
dalam bahasa lain, dan yang pertama kali adalah bahasa latin oleh Adelard of bath dan Gerard of Cremona. Kita-kita itu adalah, The Treatise of Arithmetic, Al Muqala fi Hisab
Al Jabr wa Al Muqabilah.
Di banyak universitas di Eropa, buku-buku karya Al Khawarizmi masih menjadi
acuan dan text book untuk mahasiswa di sana sampai pertengahan abad ke enam belas.Karya-karyanya, setelah di terjemahkan dalam bahasa Latin, kemudian menyusul bahasa bahasa lain seperti bahasa-bahasa yang digunakan di Eropa dan terakhir diterjemahkan dalam bahasa Cina.

Dalam bidang astronomi pun, Al Khawarizmi menyumbangkan karya-karya
besarnya yang tak terbatas. Begitu juga dalam bidang geografi, ia membuat koreksikoreksi mendasar pada pemikiran filsuf Yunani tentang geografi. Dalam sejarah tercatat tujuh puluh orang yang ahli dalam bidang geografi bekerja di bawah koordinasi Al Khawarizmi. Grup ini kemudian melahirkan peta bumi yang kita kenal sebagai globe
untuk pertama kali. Karya ini dikenal dunia pada tahun 830 masehi.

Al Zahrawi

Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi (A.D. 936-1013), dikenal didunia
barat dengan sebutan albucasis, lahir di Al Zahra 6 mil Cordoba Andalusia.
Dia termasuk dokter bedah muslim yang terkenal. Dunia eropa mengakuinya dan
menjadikan bukunya sebagai acuan pelajaran kedokteran bedah dan sebagai kurikulum
kedokteran eropa selama berabad-abad. Bukunya tersebut yang berjudul At-Tasrif
Liman Ajiza ’an at Ta’lif (The method of medicine). At Tasrif merupakan encyclopedi
yang memuat 30 volume buku. Gherrad of Cremona merupakan buku pertama hasil
terjemahan buku Al_zahrawi ke bahasa latin diabad pertengahan.

Seperti yang disebut oleh ahli bedah eropa Pietro Argallata (meninggal tahun
1424) “ Al-Zahrawi as “without doubt the chief of all surgeos”.(al-Zahrawi adalah bapak
ilmu bedah kedokteran). Dokter terkenal asal perancis Jacques Delechamps (1513-1588) mengunakan At-Tasrif sebagai acuan saat itu.

Al-Zahrawi membuat banyak instrument bedah seperti alat untuk memeriksa
telinga, instrumen memeriksa uretra, alat untuk mengeluarkan benda asing dari
tenggorokan Zahrawi dan mempunyai sepesialisasi pembedahan dengan cauterisasi dan dalam lebih dari 50 tehnik operasi yang berbeda-beda.

Al-Zahrawi yang pertama kali mengemukakan cara operasi pada kanker payudara secara terperinci, operasi pengangkatan batu kandung kemih (Bladder Stone), Kista Thyroid (Thyroid Cyst) , Operasi pada Gigi (dental operation).

Adakah saat ini dokter bedah yang menguasai semua operasi bedah , seperti Al-
Zahrawi. Yang menguasai bedah umum , bedah gigi, bahkan membuat sendiri
instrumennya. Al-Zahrawi pantas mendapatkan Nobel , karena karyanya sangat
fenomental, dipakai oleh dokter bedah di eropa . sampai 5 abad kedepan.

Al Zahrawi juga dokter pribadi raja Al-Hakam-II of Spain. After a long medical
career, full of rich and significant contributions, Al Zahrawi died in 1013 C.E.
(Muslim profiles, www. Islam online.com Copyright 1992-2005 Al Jazeera Publishing,
Dubai, United Arab Emirates
Dalam dunia kedokteran, nama Albucasis alias Al Zahrawi tidak pernah luntur. Ia adalah penemuan penyakit hemofilia. Penyakit ini sebenarnya telah ada sejak lama sekali, dan belum memiliki nama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah Masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan. Titik terang ditemukan setelah Al Zahrawi pada abad ke-12 menulis dalam bukunya mengenai sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil. Ia menduga hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928. Lukas menelusur aneka catatan kedokteran, termasuk tulisan Al Zahrawi atau Albucasis itu. (Ibnu haytam www.pesantren.com).

Ibn Al Haytham (965 -1040 M)
Alhazen/alhuzen adalah nama yang dikenal didunia barat, lahir di Basra persia yang
berkarir di Kairo mesir, ahli optik, matematika dan astronomi. Kemasyuran namanya
membuat raja dinasti fatimah di mesir saat itu Al-Hakim Bin Amirillah (386-411 H/996-
1021 M) untuk bisa mengatur banjir sungai Nil, yang kerap mengenangi lahan pertanian
di mesir. Tapi karena menurutnya itu tidak mungkin, untuk melindungi dirinya dari
amarah peguasa saat itu dia berpura-pura sakit ingatan dan tidak diketahui kehidupannya setelah itu, tahun-tahun terakhir hidupnya ia banyak menyalin naskah matematika dan meninggal tenang di Cairo.(ensiklopedi islam hal 153 dan www.islamonline.com)

Ibnu Haitan meninggalkan hampir 200 karya tulis, antara lain tulisannya Maqalah
fi Istikhraj Samt al-Qiblah (tentang teorama kota), Maqalah Fi Hayat al-Alam
(astronomi), Kitab Fi al-Minasit (kamus optika), Fi al-maraya al-Muhriqah bi al-Dawair
(tentang cermin yang dapat membakar), Maqalah Fi daw’al-Qamar (membahas cahaya
dan gerak-gerik langit), fi Surah al-kusuf (mengenai penggunaan camera obscura /kamar gelap pada pengamatan gerhana matahari). Zawahir al-hasaq (tentang gejala senja) , semua karyanya di terjemahkan kedalam bahasa eropa.(ensiklopedia153)

Dalam Bidang optika Ibnu haytam mengadakan eksperimen untuk menentukan
gerak rektiliner cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa, camera obscura, membuat
lensa dan cermin lengkung. Temuan ilmiahnya yang terkenal adalah pendapatnya bahwa sinar cahaya bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuju kemata. Benda akan terlihat karena ia memantulkan sinar kedalam mata, Retina mata adalah tempat penglihatah dan bukan yang mengeluarkan cahaya. pendapat ini adalah kebalikan dari apa yang dikemukakan oleh Euclides dan ptolemaeus, pemikir Yunani yang berpendapat bahwa benda terlihat karena memancarkan cahaya. hal 153-154 ensiklopedia islam 2. Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menengarai perihal gaya gravitasi bumi sebelum Issac Newton mengetahuinya. Selain itu teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan tayangan gambar. Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Menurut Ibnu Haitham,cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk  timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga berjaya menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya. ( ibnu haytam/Republika.com/ www.pesantren.com)

IBNU SINA

Nama lengkapnya Abu Ali Al-Husain Ibnu Abdullah Ibnu Sina. Lahir pada 980 di Ifsyia
Karmitan, Asia Tengah, dan wafat pada 1037. Pada usia 10 tahun, ia sudah hafal Alquran.
Ibnu Sina dikenal sebagai the faher of doctors (bapak kedokteran). Selain kedokteran, ia juga menguasai fisika, matematika, astronomi, sejarah, dan filsafat dan kedokteran.

Sebagai dokter, ia lebih suka tindakan preventif daripada kuratif dan selalu menguatkan aspek spiritual dan fisik pasien secara simultan dalam pengobatannya. Bahwa temperatur, makanan, minuman, limbah, udara, keseimbangan gerak dan fikiran, tidur dan kerja mempengaruhi kesehatan, itu semua terbukti, dan sekarang menjadi masalah lingkungan yang utama.

Katanya, udara yang terkontaminasi uap dari rawa, danau, saluran drainase, asap atau jelaga dapat membahayakan kesehatan. Kini diketahui, gas itu adalah hasil proses anaerobik air limbah yakni CH4 (metana), H2S dan NH3.
Dari sejumlah risalah kesehatannya, Ibnu Sina punya dua teori segitiga pengobatan.
Pertama, Triangular Theory of Islamic Medicine yang menyatakan kaitan antara Allah,
manusia, dan pengobatan. Teori kedua, adanya 'hubungan antara badan, fikiran, dan
semangat' pada kesehatan manusia.

Topik artikelnya yang lain adalah tentang penyakit jantung yang ada di dalam Kitab Adwiyat al-Qalbiyah (risalah obat untuk sakit jantung). Kitab ini diterjemahkan Arnold of Villanova dengan judul De Viribus Cordis di Spanyol. Karya lainnya, Urjuzah fit Tibb, sebuah manual medis, dibahasalatinkan oleh Armengaud Blasius (meninggal tahun 1312) menjadi Cantica di Montpellier, Perancis. Termasuk, risalah penyakit malaria yang diadopsi sembilan abad kemudian oleh Prof Wagner von Jauree dari Vienna sehingga menerima Nobel bidang fisiologi tahun 1927.

Karya medis pemilik magnum opus untuk buku al-Qanun fit Tibb atau Canon of
Medicine ini, menurut MS Khan, ada sekitar 48 buah dalam bentuk buku dan risalah,
sebagian menyatakan mencapai ratusan judul.

JABIR IBNU HAYYAN
Jabir ibnu Hayyan (721-815 H) di Barat dikenal dengan nama Geber. Sampai akhir abad 17, ia -- bersama dengan Zakaria Razi -- sangat menonjol sebagai ahli kimia termasyhur yang dihasilkan abad pertengahan. Anak seorang penjual obat di Kufah (Irak) ini juga merupakan seorang sufi.

Dalam penemuannya, Jabir membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Jabir pula menyiapkan tekniknya, mirip semua 'technique' kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dia pula yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.

Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir
menjelaskan, untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran. Setelah itu,
memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke-18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan
terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen.

Dalam bidang kimia, karya Jabir ibnu Hayyan mencapai lebih 500 buah, tapi hanya
beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Di antara bukunya yang terkenal adalahAl Hikmah Al Falsafiyah, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Summa
Perfectionis.
Dalam buku ini, antara lain dikemukakan reaksi kimia: ''Air raksa (merkuri) dan belerang
(sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama.''
''Jika dihendaki memisahkan bagian-bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen
khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik
teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam
keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.''

Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan
penguraian zat kimia.

Ibn Haitham
Islam sering kali mendapat stigma sebagai agama yang terbelakang. Padahal, kontribusi ilmuwan Islam bagi dunia ilmu pengetahuan tidaklah sedikit. Ibn Haitham contohnya. Sejarah optik mencatat, dialah bapak ilmu optik yang mengurai bagaimana kerja mata 'mencerna' penampakan suatu obyek. Nama lengkap ilmuwan ini Abu Al Muhammad al- Hassan ibnu al-Haitham.

Publik Barat mengenalnya sebagai Alhazen. Dia lahir di Basrah pada tahun 965 Masehi. Awal pendidikan didapatkan di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di kota kelahirannya itu. Namun ia tidak sreg dengan kehidupan birokrat. Ia pun memutuskan keluar untuk kemudian merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan, iamengasah otaknya dengan beragam ilmu. Kecintaannya kepada ilmu membawanya berhijrah ke Mesir. Di negeri ini, ia melakukan penelitian mengenai aliran dan saluran Sungai Nil serta menyalin buku-buku tentang matematika dan ilmu falak.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang tambahan dalam meneruskan pendidikannya di Universitas al-Azhar. Belajar yang dilakukannya secara otodidak justru membuatnya menjadi seorang yang mahir dalam bidang ilmu pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang penelitian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas bagi kajian dunia modern mengenai pengobatan mata. Penelitiannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler menciptakan mikroskop serta teleskop. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya.

Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak
membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta
bayang-bayang dan gerhana. Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila
matahari berada di garis 19 derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang
apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga
berjaya menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ
tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah
menengarai perihal gaya gravitasi bumi sebelum Issac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang
bersambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk
menghasilkan tayangan gambar.

Teorinya telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan pada para penonton sebagaimana yang dapat kita tonton pada masa kini. Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai filsafat, logika, metafisika, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu. Penulisan filsafatnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian mengenai sesuatu perkara bermula dari pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya. Dia juga berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang ada.

Pandangannya mengenai filsafat amat menarik untuk dikaji hingga saat ini. Bagi Ibnu
Haitham, filsafat tidak dapat dipisahkan dari ilmu matematika, sains, dan ketuhanan.
Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai. Dan untuk menguasainya seseorang
perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur makin meningkat, kekuatan fisikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan. Ibnu
Haitham membuktikan dirinya begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu
pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku yang dihasilkannya dan masih menjadi
rujukan hingga saat ini.

Di antara buku-bukunya itu adalah Al-Jami' fi Usul al-Hisab yang mengandung teori-teori ilmu matemetika dan matemetika penganalisaan; Kitab al-Tahlil wa al-Tarkib mengenai ilmu geometri; Kitab Tahlil al-Masa'il al-'Adadiyah tentang aljabar; Maqalah fi Istikhraj Simat al-Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat; Maqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak; dan Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi. Walaupun menjadi orang terkenal di zamannya, namun Ibnu Haitham tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia dikenal sebagai orang yang miskin materi tapi kaya ilmu pengetahuan. (yus)[republika.co.id]
Ibn Miskawayh

Abad kesepuluh masehi menjadi periode gemilang dalam perkembangan peradaban Islam. Pada masa itu, para intelektual Muslim telah sampai pada puncak kematangan
pemikiran dan berbagai ide. Bahkan beragam ide yang berasal dari tradisi intelektual di
luar Islam, khususnya filsafat Yunani.

Apalagi kala itu, pada saat Dinasti Abasid berkuasa, gencar melakukan translasi atau
penerjemahaan karya-karya dari berbagai bidang ilmu ke dalam bahasa Arab. Tak ayal
jika banyak Dar al-Ilm (semacam perpustakaan umum) didirikan. Bukan hanya di pusat
pemerintahan, Baghdad, tetapi juga di Kairo, Kordoba, dan di belahan dunia Islam
lainnya.

Tak hanya perpustakaan umum yang tumbuh bak cendawan di musim hujan,
perpustakaan pribadi juga banyak bermunculan. Mudahnya akses ke berbagai
pengetahuan ini tak heran membuat banyak kalangan yang membuat majelis kajian untuk berdiskusi mengenai hal ihwal agama, filsafat maupun bidang lainnya.

Pada masa seperti inilah kemudian muncul seorang intelektual Muslim terkemuka dalam bidang etika, bernama Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Yaqub Miskawayh atau lebih dikenal Ibn Miskawayh. Ia lahir pada 940 M di Rayy, sebuah kota yang berada di Iran. Hingga beranjak dewasa, ia habiskan waktunya di tanah kelahirannya.

Kemudian Ibn Miskawayh meninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad, Irak. Ia
bekerja sebagai pustakawan di perpustakaan umum pada masa pemerintah dinasti Abasid.Ia bekerja di sana hingga beberapa kali pergantian kekuasaan terjadi. Perpustakaan bagi dirinya merupakan sekolah yang membuatnya mampu berinteraksi dengan berbagai ilmu
pengetahuan.

Ia secara tekun dan serius melakukan kajian di bidang filsafat, sejarah dan kedokteran,
bahkan kimia. Di antara kajian yang menjadi perhatian utamanya adalah filsafat Yunani
dan sejarah. Kedua kajian inilah di kemudian hari mengantarnya menjadi intelektual yang mengagumkan dalam kedua bidang tersebut.

Seperti ilmuwan yang hidup di zamannya, Ibn Misakawayh mempelajari filsafat dan
sejarah sebagai alat untuk menemukan kebanaran. Namun, ia lebih memberi tekanan
kepada kajian filsafat terutama filsafat etika. Ia merumuskan langkah bagaimana
membangun moral yang sehat serta menguraikan cara-cara membangun jiwa yang
harmonis.
Di kemudian hari ia lebih dikenal sebagai seorang Islam humanis. Pasalnya ia memiliki
kecenderungan agar Islam dapat masuk ke dalam sistem praktik rasional yang lebih luas pada semua ranah kemanusiaan. Dengan kajian filsafat Yunani ia kemudian terpengaruh oleh pemikiran Neoplatonisme baik pada sisi teori maupun praktik.
Label humanis bagi Ibn Miskawayh juga disematkan oleh kalangan pemikir Muslim,
misalnya, Mohamed Arkoun pada 1969 menyematkan label terhadap dirinya sebagai
seorang humanis. Namun hal ini dilihat dalam sudut pandang tradisi intelektual Islam,
bukan dalam tradisi intelektual humanisme Eropa.
Dalam kajian filsafat etika, Ibn Miskawayh menelurkan karya monumental yaitu Tahdib
al-Akhlaq (pembinaan akhlak). Dalam kitab yang terdiri atas tujuh bagian ini, secara
umum ia membicarakan bagaimana seseorang dapat mencapai kebahagiaan tertinggi
melalui moral yang sehat.

Hal ini menggambarkan bagaimana berbagai bagian jiwa diharmonikan untuk mencapai
kebahagiaan. Ini adalah peran filsuf moral atau etika memberikan resep bagi kesehatan
moral yang berpijak pada kombinasi pengembangan intelektual dan praktik keseharian.

Pada bagian awal dalam kitabnya, ia membicarakan tentang jiwa dan sifat-sifatnya.
Seseorang akan mampu menggapai kebahagiaan hidup jika ia mampu menciptakan
kebahagiaan moral dengan memenuhi sifat-sifat jiwa. Di antaranya adalah kedahagaan
jiwa terhadap asupan ilmu.

Ibn Miskwayh memandang bahwa ilmu akan menuntun manusia untuk tak hanya
bergantung kepada hal yang bersifat materi. Selanjutnya akan membuat manusia
memiliki kebijaksanaan dalam meniti hidup yang akhirnya menjadikannya sebagai
manusia yang sempurna. Itulah, kata Miskawayh, salah satu sifat yang dimiliki oleh jiwa.

Dalam penjelasan berikutnya, ia menguraikan tentang jenis kebahagiaan dan sifat-sifat
yang dimilikinya. Dalam pandangannnya, setiap manusia mampu mencapai setiap jenis
kebahagiaan dengan cara memenuhi sifat-sifat kebahagiaan itu. Ada dua hal yang dapat mempengaruhi manusia dalam mencapai kebahagiaan itu, yaitu kondisi eskternal dan internal dirinya.

Kondisi internal yang mempengaruhi pemikiran dan arah moral seseorang adalah
kesehatan tubuh dan bagaimana kemampuan dirinya mengendalikan temperamen.
Sedangkan kondisi eskternal adalah keadaan yang terkait dengan hubungan dirinya
dengan orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Di dalamnya termasuk, teman
sepergaulan, anak-anaknya dan kesejahteraan dirinya.

Kedua kondisi inilah yang kemudian memperkaya jiwanya dalam mencapai kebahagiaan dirinya. Selain Tahdib al-Akhlaq, ia juga menulis kitab yang bertajuk Jawidan Khirad (hikmah yang tak lekang waktu) dan Tartib as-Saadah (kaidah kebahagiaan). Karya-karya tersebut mendapatkan pujian besar dari para ilmuwan barat dan dianggap sebagai karya yang dapat disejajarkan dengan Nicomachean Ethics karya Aristoteles.

Ia juga menuliskan karya lain di bidang etika yaitu al-Fauz al-Akbar (kemenangan besar), al-Fauz al-asghar (kemenangan kecil) dianggap sebagai karya filsafat yang sejajar dengan karya Al-Farabi, Arau Ahl al-madinah (pikiran penduduk kota). Kemudian Ajwibah wa al-Asilah fi an-Nafs wa al-Aql as-Siyar (tentang aturan hidup) dan Taharat an-Nafs (suci dari nafsu).

Sementara itu, dalam kajian sejarah Ibn Miskawayh menelurkan pula karya monumental. Salah satu karyanya adalah Tajarib al-Umam (pengalaman bangsa-bangsa), dianggap karyanya yang terbaik dalam bidang sejarah. Meski tak banyak, dalam bidang kedokteran ia menghasilkan karya yang bertajuk al-Asyribah, merupakan kajian tentang minuman dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Setelah lama ia berada di Baghdad untuk belajar dan bekerja dengan berbagai karya
gemilangnya, Ibn Miskawayh kemudian kembali ke Iran, tepatnya ke Kota Isfahan.
Beberapa lama setelah kepulangan ke negerinya sendiri, Ibn Miskawayh menghembuskan napasnya yang terakhir pada 16 Februari 1030 M dalam usia 90 tahun. [republika.co.id]
Ibnu Bajjah

Umat Islam telah sampai ke tanah Spanyol (Andalusia) semenjak zaman sahabat Rasul. Kedatangan mereka telah berhasil mempengaruhi kehidupan masyarakat di sana khususnya dalam bidang keilmuan. Sepanjang pemerintahan Islam di Spanyol, telah lahir sejumlah cendikiawan dan sarjana dalam pelbagai bidang ilmu. Sebagian mereka ialah ahli sains, matematika, astronomi, perobatan, filsafat, sastra, dan sebagainya.

Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya al-Saigh atau lebih terkenal sebagai Ibnu Bajjah adalah salah seorang diantara para cendekiawan Muslim tersebut. Terlahir di Saragossa tahun 1082 M, Ibnu Bajjah merupakan seorang sastrawan dan ahli bahasa yang unggul. Ia pernah menjadi penyair bagi golongan al-Murabbitin yang dipimpin oleh Abu Bakr Ibrahim Ibn Tafalwit.

Selain itu, Ibnu Bajjah juga ahli di bidang musik dan pemain gambus yang handal. Ia
juga seorang yang hafal Al-Qur'an. Dalam waktu yang sama, Ibnu Bajjah amat terkenal
dalam bidang perobatan dan merupakan salah seorang dokter terkenal yang pernah
dilahirkan di Andalusia.

Kehebatannya pun turut terlihat dalam bidang politik sehingga ia dilantik menjadi
menteri semasa Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa. Lebih menakjubkan lagi, beliau dapat menguasai ilmu matematika, fisika, dan falak. Pada kesempatan itu beliau banyak menulis buku yang berkaitan dengan ilmu logika. Kemampuannya menguasai berbagai ilmu itu menjadikannya seorang sarjana teragung bahkan tiada bandingan di Andalusia dan barangkali di dunia Islam. Sumbangannya dalam bidang keilmuan begitu besar.

Dalam bidang filsafat umpamanya, kemampuan Ibnu Bajjah setara dengan al-Farabi ataupun Aristoteles. Dalam bidang ini ia mengemukakan gagasan filsafat ketuhanan yang menetapkan manusia boleh berhubungan dengan akal fa'al melalui perantaraan ilmu pengetahuan dan pembangunan potensi manusia.

Menurut Ibnu Bajjah, manusia boleh mendekati Tuhan melalui amalan berfikir dan tidak
semestinya melalui amalan tasawuf yang dikemukakan oleh Iman al-Ghazali. Dengan
ilmu dan amalan berfikir, segala keutamaan dan perbuatan moral dapat diarahkan untuk memimpin serta menguasai jiwa. Usaha ini dapat menumpas sifat hewaniah yang
bersarang dalam hati dan diri manusia.

Berdasarkan pendapatnya, seseorang harus mengupayakan perjuangannya untuk
berhubung dengan alam bersama-sama dengan masyarakatnya ataupun secara terpisah. Kalau masyarakat itu tidak baik maka seseorang itu harus menyepi dan menyendiri.

Pandangan filsafat Ibnu Bajjah ini jelas dipengaruhi oleh ide-ide al-Farabi. Pemikiran
filsafatnya ini dapat diikuti dalam Risalah al-Wida dan kitab Tadbir al-Muttawwahid yang
secara umum merupakan pembelaan kepada karya-karya al-Farabi dan Ibn Sina kecuali bagian yang berkenaan dengan sistem menyepi dan menyendiri.

Namun, ada sebagian pemikir mengatakan bahwa kitab tersebut sama dengan buku al-
Madinah al-Fadhilah yang ditulis al-Farabi. Dalam buku itu, al-Farabi menjelaskan
pandangan beliau mengenai politik dan falsafah. Semasa membicarakan tentang politik,
al-Farabi telah mencadangkan supaya sebuah negara kebajikan yang diketuai oleh ahli
filsafat diwujudkan.

Satu persamaan yang kentara antara al-Farabi dengan Ibnu Bajjah ialah kedua-duanya meletakkan ilmu mengatasi segala-galanya. Mereka hampir sependapat bahwa akal dan wahyu merupakan satu hakekat yang padu. Upaya untuk memisahkan kedua-duanya hanya akan melahirkan sebuah masyarakat dan negara yang pincang.

Oleh sebab itu, akal dan wahyu harus menjadi dasar dan asas pembinaan sebuah Negara serta masyarakat yang bahagia. Ibnu Bajjah berpendapat bahwa akal boleh menyebabkan manusia mengenali apa saja kewujudan benda atau Tuhan. Akal boleh mengenali dengan sendiri perkara-perkara tersebut tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur kerohanian melalui amalan tasawuf.

Selain itu, Ibnu Bajjah juga telah menulis sebuah buku yang berjudul Al-Nafs yang
membicarakan persoalan yang berkaitan dengan jiwa. Pembicaraan itu banyak
dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani. Oleh sebab itulah, Ibnu Bajjah
banyak membuat ulasan terhadap karya dan hasil tulisan Aristoteles, Galenos, al-Farabi, dan al-Razi.

Minatnya dalam soal yang berkaitan dengan ketuhanan dan metafisika jauh mengatasi
bidang ilmu lain meski beliau mahir dalam ilmu psikologi, politik, perobatan, aljabar, dan
sebagainya. Sewaktu membicarakan ilmu logika, Ibnu Bajjah berpendapat bahwa sesuatu yang dianggap ada itu sama ada benar-benar ada atau tidak ada bergantung pada yang diyakini ada atau hanyalah suatu kemungkinan. Justru apa yang diyakini itulah sebenarnya satu kebenaran dan sesuatu kemungkinan itu boleh jadi mungkin benar dan tidak benar.
Kenyataannya, banyak perkara di dunia ini yang tidak dapat diuraikan menggunakan
logika. Jadi, Ibnu Bajjah belajar ilmu-ilmu lain untuk membantunya memahaminya halhal berkaitan dengan metafisika.

Ilmu sains dan fisika misalnya digunakan oleh Ibnu Bajjah untuk menguraikan persoalan benda dan rupa. Menurut Ibnu Bajjah, benda tidak mungkin terwujud tanpa rupa tetapi rupa tanpa benda mungkin wujud. Oleh sebab itu, kita boleh menggambarkan sesuatu dalam bentuk dan rupa yang berbeda-beda.

Masih banyak lagi pemikiran filsafat Ibnu Bajjah yang tidak diketahui karena sebagian
besar karya tulisnya telah musnah. Bahan yang tinggal dan sampai kepada kita hanya
merupakan sisa-sisa dokumen yang berserakan di beberapa perpustakaan di Eropa.
Setengah pandangan filsafatnya jelas mendahului zamannya.

Sebagai contoh, beliau telah lama menggunakan ungkapan manusia sebagai makhluk
sosial, sebelum para sarjana Barat berbuat demikian. Begitu juga konsep masyarakat
madani telah dibicarakan dalam tulisannya secara tidak langsung. Sesungguhnya Ibnu
Bajjah merupakan tokoh ilmuwan yang hebat.

Namun kehebatannya inilah yang mengundang cemburu beberapa kalangan. Perasaan
dengki dan cemburu ini menyebabkannya diracuni dan akhirnya meninggal dunia pada
tahun 1138. Biar pun umur Ibnu Bajjah tidak panjang tetapi sumbangan dan
pemikirannya telah meletakkan dasar yang kokoh bagi perkembangan ilmu dan filsafat di bumi Andalusia.

Ibnu Khaldun
Siapa yang tidak kenal nama Ibnu Khaldun. Kebanyakan dari kita pasti tahu atau sering
membaca namanya. Namanya sering dipakai untuk nama sekolah atau perguruan. Tentu saja orang tidak akan sembarang memilih nama untuk sekolah atau perguruannya. Ibnu Khaldun, kalau ia masih hidup tentu tidak akan menyangka namanya begitu universal digunakan orang.

Ibnu Khaldun secara luas dikenal sebagai peletak batu pertama alias pelopor dan
sekaligus bapak ilmu sosiologi dan sejarah sains. Dan ia lebih dikenal lagi karena buku
Muqaddimah-nya atau di Barat sana dikenal dengan 'Prolegomena'.

Ibnu Khaldun sebenarnya punya nama asli Abdullah al Rahman Ibnu Muhammad. Lahir
di Tunisia dari keluarga kelas bangsawan di tahun 723 Hijriah atau tahun 1332 SM.
Keluarganya sendiri bukan berasal dari Tunisia, mereka hijrah ke Tunisia dari Seville,
wilayah Spanyol yang berpenduduk Islam.

Ibnu Khaldun banyak belajar di Tunisia dan Fez , ia mempelajari Qur'an, Hadits, cabangcabang ilmu Islam lainnya seperti ilmu teologi dialektikal dan hukum-hukum Islam. Dengan semangat belajar dan keingintahuannya yang besar, ia juga mempelajari matematika, astronomi, filosofi dan literatur Arab. Ini yang menjadikannya dalam usia
belasan sudah bekerja pada Sultan Barquq, seorang Kaisar di Mesir.
Sebelum dikenal sebagai penulis buku yang kelak menjadi adi karya dalam sejarah dunia, Ibnu Khaldun banyak menghabiskan waktu, tenaga dan kepandaiannya bergelut dengan dunia politik praktis. Ia bekerja untuk pemerintah Tunisia dan Fez (Maroko), Granada (Islam Spayol) dan Biaja (di Afrika Utara). Tahun 1375 ia mengasingkan diri ke Granada, Spanyol, dari Afrika Utara karena melarikan diri dari Turmoil di Afrika Utara.

Sayangnya, karena kegiatan politiknya di masa lalu, pemerintah Granada menolaknya.
Ibnu Khaldun kemudian menuju Aljazair. Selama empat tahun ia tinggal di sebuah desa
kecil bernama Qalat Ibnu Salama. Di sana pula ia mulai menulis Muqaddimah. Karya ini
kelak menempatkan namanya di antara nama-nama besar sejarawan, sosiolog dan filosof dunia.

Muqaddimah telah membuat intelektual dunia dulu dan kini, di Timur dan Barat geleng-geleng kepala dibuatnya. Hasil pemikirannya yang sangat cemerlang, ditulisnya dalam
buku itu. Bagian pertama bukunya, Al 'Ibar, sangat tajam, rasional dan analitik meninjau
masalah-masalah manusia dan sejarah.

Pada buku inilah Ibnu Khaldun, menurut banyak intelektual dunia, telah memberi arah
pada ilmu-ilmu psikologi, ekonomi, lingkungan hidup dan sosial. Beliau juga
menganalisa hubungan dinamis dan menggambarkan perasan-perasaan antar manusia. Al 'Asabiyya, memberi pandangan baru pada kekuatan penduduk dan politik.
Ibnu Khaldun selain terkenal sebagai penulis sejarah dan manusia, dikenal juga sebagai seorang kritikus sejarah yang disegani. Ia pula yang mengenalkan ilmu analisa tentang peradaban manusia. Tak hanya itu faktor-faktor yang mendukung ilmu analisa ia kenalkan pula.

Karena hal in pula ia menemukan ilmu-ilmu baru yang berkaitan dengan perdaban
manusia. Misalnya, ilmu pembangunan sosial yang saat ini biasa kita sebut dengan ilmu sosiologi.

Ada satu satu pernyataan atau argumen Ibnu Khaldun yang sampai saat ini masih dibuat pijakan banyak ilmuwan. "Sejarah ada subyek menuju hukum-hukum universal," begitu katanya. Ini adalah satu contoh bagaimana Ibnu Khaldun dijadikan rujukan dunia
sosiologi internasional.

Pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun saat itu sebenarnya sudah sangat maju, misalnya saja ia berpendapat bahwa kehidupan beragama adalah satu hal pokok yang mampu
menyatukan jazirah Arab saat itu. Tahu sendiri kan, berapa banyak suku dan bani yang
ada di sana. Apalagi tipikal orang padang pasir kan panas-panas bawaannya.

Tak hanya itu, Ibnu Khaldun pun jauh hari sudah menyimpulkan beberapa penyebab
kehancuran sebuah negara atau pemerintahan. "Ketidakadilan, kekecewaan rakyat dan tirani adalah langkah awal kehancuran sebuah negara," begitu katanya. Dan saat ini
banyak contoh yang bisa kita lihat betapa tiga hal yang disebutkan Ibnu Khaldun
berabad-abad lalu benar adanya.

Selain sebagai sejarawan dan sosiolog, Ibnu Khaldun dikenal pula sebagai seorang
pioneer atau perintis pendidikan modern. Ia seorang yang sangat percaya pada kekuatan akal bukan kekuatan fisik. Menurutnya kekuatan fisik hanya membuat seseorang menjadi malas, hipokrit dan pembohong besar. Akal yes, okol no!

Ibnu Khaldun hidup di Mesir pada zaman Mesir sedang mengalami kemerosotan.
Pendidikannya anjlok, moralnya bobrok dan sebagian besar masyarakat tidak merasa
perlu belajar dan berhati-hati. Ini yang membuat Ibnu Khaldun banyak menghabiskan
waktu mengumpulkan data, mengingatkan orang tentang pentingnya peradaban.

Pemikiran dan analisa Ibnu Khaldun, kelak banyak memberikan warna dan pengaruh
pada dunia ilmu sosial, politik, sejarah, filosofi dan pendidikan. Kini berabad-abad
setelah ia wafat, pemikirannya yang cemerlang serta idenya yang brilian masih bisa kita
rasakan. Satu hal yang menjadikannya seperti itu, ia belajar Islam dengan benar.

Ternyata kebaikan dan ilmu, mampu mengalahkan umur manusia yang hanya sejengkal.
[masjid_annahl]


Ibnu Qoyyim
Nama lengkap Ibnu Qoyyim adalah Muhammad bin Abu Bakar bin Said bin Hariz
Azzar'ie. Ia berasal dari Damsyik. Nama julukannya adalah syamsuddin. Nama sehariharinya ia dipanggil "Abu Abdullah".

Mengapa ia dipanggil Ibnu Qoyyim? Padahal dilihat dari nama sebenarnya ia tidak ada
kaitan dengan nama Qoyyim. Persoalannya, ayahnya adalah seorang pendiri dan
pengasuh perguruan "Al-Jauziyah"n, daerah pasar gandum di kota Damsyik. Karena
bapaknya adalah pendiri (qoyyim) perguruan tersebut, maka ia dipanggil dengan "Ibnu
Qoyyim Al Jauziyah". Tapi singkatnya ia dipanggil "Ibnu Qoyyim".

Ibnu Qoyyim dilahirkan di kota Damsyik (sekarang Damaskus) tahun 691 H (1292 M). Ia
dibesarkan dalam keluarga ilmuwan. Kondisi askripsi ini dilimpahkan pada Ibnu
Qoyyim, sehingga ia menjadi terkenal, lantaran situasi ketika ia dilahirkan dan
dibesarkan, kota Damsyik tengah berada dalamkeadaan puncak peradaban ilmu
pengetahuan. Dan ISlam merupakan bagian yang sangat internalized dalam setiap
individu maupun masyarakatnya.

Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam sangat kental di kota Damsyik. Sehingga
lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah bertebaran di mana-mana. Namun Ibnu Qoyyim menjadikan ayahnya sebagai gurunya langsung. Ia mendapat bimbingan
dpengarahan dari ayahnya sendiri. Luas ilmu yang dimiliki Ibnu Qoyyim karena sangat
dipengaruhi oleh berbagai guru lain yang menjadi ulama terkenal seperti: Ahmad Ibnu
Taimiyah, Ibnu Syirazi, dan lain-lain. Dengan demikian tidak mengherankan ia menjadi
ulama yang kondang di abad ke-8 hijriyah.

Fikiran-fikirannya sangat tajam dan cemerlang. Keistiqomahan sangat tercermin dalam
tulisan-tulisan dan sikapnya terhadap fenomena-fenomena kemaksiatan yang ada. Ia
melontarkan fikiranfiirannya mengenai kemaksiatan dan dampak-dampaknya pada
pribadi dan masyarakat.

Pertama: Karena berbuat maksiat, maka seseorang akan terbiasa dengan kemaksiatan. Hal ini dapat dipahami dalam masyarakat. Seseorang pada awalnya merasa aneh dengan kemaksiatan yang ada di lingkungan. Kemudian, ia mencoba mencicipibuah terlarang (maksiat). Lama-kelamaan akan terdorong untuk melakukan tindakan maksiat berikutnya. akhirnya, tindakan coba-coba tersebut berakhir menjadi kebiasaan. Kemaksiatan (kesenangan semu) ini menjadi kebiasaan karena peranan syetan yang idak henti-hentinya mengganggumanusia untuk menjadi abdi mereka.

Kedua: Karena melakukan perbuatan maksiat, seseorang kehilangan rasa malu. ras malu merupakan cerminan pribadi manusia. Bila manusia sudah kehilangan rasa malu,
pandangan, hati dan pendengarannya seakan-akan tertutup dari kebenaran. Dengan
demikian ketiadaan rasa malu pada diri manusia digambarkan sebagai tanpa rasa. Karsa dan karya yang bersifat kemanusiaan.

Ibnu Qoyyim tida melepaskan dirinya dari proses belajar dan mengjar (bima tu'allimu nalkitab wa bima kuntum tadrusun). Ia mengajar di perguruan Al Jauziyah, milik ayahnya. Profesi gurunya ia tekuni meskipun ia sudah menjadi ulama termasyhur dan disegani. Murid-muridnya banyak sekali. Muridnya yang turut muncul ke permukaan anatar lain Ibnu Katsir. Keulamaannya sangat tercermin dengan sikap hidupnya yang bisa menjadi teladan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Begitu juga di sela-sela waktunya sebagai pendidik dan tokoh refernsi keagamaan masyarakat, ia tidak melupakan diri untuk mengkonstruksikan fikiran-fikirannya dalam bentuk buku.

Sejak kecil, Ibnu Qoyyim sudah nampak bakat intelektualitas dan keulamaannya. Ia giat
belajar, terbuka sifat pribadinya, rendah hatinya, tenang penampilannya, disenangi sikapdan kearifan fikirannya oleh masyarakat, tegar ucapannya walaupun harus menghadapi resiko. Sifat-sifat tersebut terkumpul dalam perilaunya dan turut pula menshibghah kebudayaan dan pengetahuan yang ada.

Kepribadian dan prilakunya yang menarik dan menonjol tersebut lantaran ia begitu sulit
melepaskan diri dari Qurän dan Hadits. Setelah ia menghafal Al-Qurän secara sempurna, dilanjutkan dengan menhafal Hadits. Ia pun m enjadikan sastra dan bahasa sebagai pusat perhatiannya. Kompleksitas pengetahuan dalam dirinya didukung oleh manhaj yang tertata dengan baik, tercermin dalam kajian, fikiran dalam buku-bukunya. ia begitu sabar, sistematik dan teliti uraiannya, pembahasannya luas dan mendalam. Dengan demikian, tulisannya terasa tersuguhkan dengan lengkap, serasi dan berkesinambungan.

Karena itu, tidak mengherankan bila seorang doktor dari Al Azhar yakni Al Ustadz
Husaini Ali Ridwan membahas secara khusus mengenai tulisan Ibnu Qoyyim. [Majalah
Sabili No. 33 Tahun II Januari 1991]
Ibnu Rusydi

Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusydi, yang kemudian
lebih dikenal dengan nama Ibnu Rusydi atau Averrous, merupakan seorang ilmuwan
muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan beberapa abad berikutnya. Ia
adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi
pemikiran Yunani.

Ibnu Rusydi dilahirkan pada tahun 1126 M di Qurtubah (Cordoba) dari sebuah keluarga
bangsawan terkemuka. Ayahnya adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Cordoba, dan banyak pula saudaranya yang menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang kelauarga tersebut sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitasnya di kemudian hari.

Kebesaran Ibnu Rusydi sebagai seorang pemikir sangat dipengaruhi oleh zeitgeist atau
jiwa zamannya. Abad ke-12 dan beberapa abad sebelumnya merupakan zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Dunia Islam, yang berpusat di Semenanjung Andalusia (Spanyol) di bawah pemerintahan Dinasti Abasiyah. Para penguasa muslim pada masa itu mendukung sekali perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan mereka sering memerintahkan para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa, sehingga nama-nama ilmuwan besar Yunani seperti Aristoteles, Plato, Phitagoras, ataupun Euclides dengan karya-karyanya masih tetap terpelihara sampai sekarang.

Liku-liku perjalanan hidup pemikir besar ini sangatlah menarik. Ibnu Rusydi dapat
digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang kedokteran, sastra, logika, ilmuilmu pasti, di samping sangat menguasai pula pengetahuan keislaman, khususnya dalam tafsir Al Qur’an dan Hadits ataupun dalam bidang hukum dan fikih. Bahkan karya terbesarnya dalam bidang kedokteran, yaitu Al Kuliyat Fil-Tibb atau (Hal-Hal yang Umum tentang Ilmu Pengobatan) telah menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran.

Kecerdasan yang luar biasa dan pemahamannya yang mendalam dalam banyak disiplin ilmu, menyebabkan ia diangkat menjadi kepala qadi atau hakim agung Cordoba, jabatan yang pernah dipegang oleh kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al Murabitun di Afrika Utara.Posisi yang prestisius dan tentunya diimpikan banyak orang. Posisi tersebut ia pegang pada masa pemerintahan Khalihaf Abu Ya’kub Yusuf dan anaknya Khalifah Abu Yusuf.

Hal terpenting dari kiprah Ibnu Rusydi dalam bidang ilmu pengetahuan adalah usahanya untuk menerjemahkan dan melengkapi karya-karya pemikir Yunani, terutama karya Aristoteles dan Plato, yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad lamanya. Antara tahun 1169-1195, Ibnu Rusydi menulis satu segi komentar terhadap karya-karya
Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Semua
komentarnya tergabung dalam sebuah versi Latin melengkapi karya Aristoteles.
Komentar-komentarnya sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual
kaum Yahudi dan Nasrani.

Analisanya telah mampu menghadirkan secara lengkap pemikiran Aristoteles. Ia pun
melengkapi telaahnya dengan menggunanakan komentar-komentar klasik dari Themisius,Alexander of Aphiordisius, al Farabi dengan Falasifah-nya, dan komentar Ibnu Sina. Komentarnya terhadap percobaan Aristoteles mengenai ilmu-ilmu alam, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam menghasilkan sebuah observasi.

IBNU KHALDUN
Bernama lengkap Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al
Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibn Khaldun, pemikir
(1332-1406) kelahiran Tunisia ini dikenal sebagai bapak sosiologi dan politik. Al
Muqaddimah merupakan karya monumental pertama yang memuat prinsip-prinsip
politik, strata suatu masyarakat, dan teori dissintegrasi.

Dalam karyanya itu, Khaldun memetakan masyarakat dengan interaksi sosial, politik,
ekonomi, dan geografi yang melingkupinya. Pendekatan ini dianggap menjadi terobosan yang sangat signifikan. Menurutnya, organisme dapat tumbuh dan matang, karena sebab-sebab nyata yang mempengaruhinya. Pengaruh itu universal dan pasti. Tak ada kebetulan dalam sejarah sosial kecuali sebab dan akibatnya semata, sebagian jelas dan diketahui sebagian lagi tidak.

Formasi masyarakat, tulisnya, sebagai hasrat manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu
memperebutkan kepemimpinan. Mereka diikat dengan solidaritas ashabiyah (ungkapan
pra-Islam) yang diarahkan oleh para pimpinannya. Ia memperkirakan bahwa solidaritas
itu berlangsung empat generasi. Model ini menempatkan Ibn Khaldun sebagai penganut teori siklus sejarah. Masyarakat lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati untuk diganti dengan yang lain. Demikian seterusnya.



Al Muqaddimah juga mengupas asal muasal suatu masyarakat, lahirnya kota dan desa,
dan sebagainya. Karya emasnya itu hingga kini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia.